Kamis, 05 November 2009

CERITA PENDEK ( CERPEN )




Pelangi tak lagi Berwarna



Nama ku pelangi. Aku bosan dengan hidupku, walau buat beberapa orang kehidupanku adalah anugareh. Nyaris sempurna memang. Punya otak, nggak bodoh-bodoh amatlah, malah bisa di bilang pandai. Punya kegiatan segudang, dan otomatis, teman ada dimana-mana. Walaupun aku tak terlalu suka bergaul. Yang jelas aku eksis gitu. Muka juga nggak jelek-jelek amat, dibilang cakep juga boleh. Temen cowok? Beuuuh, banyak banget. Yang suka juga bukan satu dua orang aja.
Sempurna??
Diluar sih kelihatannya begitu.
Padahal aku punya sisi kelam lain yang nggak pernah muncul ke permukaan, sehingga orang hanya tahu PELANGI yang PERFECT, PELANGI yang CERIA, bukan PELANGI yang KELAM. Tapi yang mereka tahu memang aku seperti pelangi, PENUH WARNA.
Selain itu, inilah aku, pelangi yang benar-benar baik hati, aku jarang sekali marah dan paling sulit berbicara ‘TIDAK’. Itulah yang membuat aku jadi seperti sekarang. Aku kehilangan orang-orang yang kurasa sayang sama aku. Tapi nyatanya, mereka cuma sayang sama aku, saat mereka butuh campur tanganku dalam urusan mereka. Setelah urusan selesai, mereka lupakan aku dan katakan say good bye. Jadi, dimana aku bisa punya orang untuk berbagi kasih?
Bukan cuma orang lain yang butuh di dengar dan di tanggapin segala kisah dan kesedihan mereka. Akupun butuh itu, tapi saat aku ingin berbagi keluh kesahku, mereka menghilang, tak ada lagi di sampingku. Dimana mereka?? Saat air mataku mengalir dengar deras, tak satupun orang berusaha menghapusnya. Tak satupun berusaha menenangkanku, sampai akhirnya kututup itu semua, kubiarkan itu dalam bagian hitamku. Tak lagi kubiarkan orang lain tahu dengan kesedihanku. Saat air matakupun mengalir, itu hanya saat aku sendiri, mencoba melepas kegundahan yang ada dihatiku. SEORANG DIRI tanpa SIAPAPUN.
Orang tuakupun tak ada disampingku. Masa kanak-kanakku telah hilang, artinya kisah penuh kasih sayang dan perhatian itu juga sudah lenyap. Nggak ada lagi ciuman di pipiku dari kedua orangtuaku, tapi jujur, saat aku sudah menjadi bocah SMA pun, aku masih mengharapkan hal itu, karena aku tahu itu salah satu cara menunjukkan betapa berarti diriku dalam hidup mereka.
Sekarang itu nggak ada lagi. Semua sibuk dengan dunia mereka. Tak lagi ada waktu untuk mendengarkan cerita-ceritaku di sekolah. Tak ada lagi yang mau mendengar keberhasilan ku dalam sebuah kegiatan. Semua lebih memilih diam membisu atau malah marah saat aku bercerita karena buat mereka ceritaku tak akan mengobati lelah mereka. Jadi, bagaimana caraku kembali berwarna? kalau PELANGI harus selalu di tutup awan hitam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar